Minggu, 24 September 2017

perilaku konsumen dalam konteks jasa..

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Memahami perilaku konsumen adalah jantung pemasaran. Kita harus memahami bagaimana orang mengambil keputusan mengenai pembelian dan penggunaan sebuah layanan, dan apa yang menentukan kepuasan mereka setelah mengonsumsi jasa tersebut. Tanpa pemahaman ini, tidak ada organisasi yang dapat berharap untuk menciptakan dan menghantarkan jasa yang menghasilkan kepuasan pelanggan.
 Perilaku konsumen menurut Kotler dan Keller (2008:214) adalah studi bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka. Konsumen dapat merupakan seorang individu maupun suatu organisasi, mereka memiliki peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user.
Pada makalah ini akan membahas mengenai Perilaku Konsumen dalam Konteks Jasa agar kita dapat memahami berbagai macam perilaku konsumen. Pada makalah ini akan membahas berbagai macam atau tahap perilaku konsumen yang dapat kita ketahui guna menambah wawasan kita dan sangat membantu marketer dalam usaha jasa.



1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan model tiga tahap konsumsi jasa?
2.      Bagaimana para konsumen mengevaluasi dan memilih sejumlah penawaran jasa dan mengapa mereka mengalami kesulitan dalam melakukan evaluasi?
3.      Risiko apa yang dirasakan para pelanggan dalam membeli jasa, serta strategi apa yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi persepsi risiko para konsumen?
4.      Bagaimana para pelanggan membentuk ekspektasi-ekspektasi terhadap layanan dan berbagai komponen dari ekspektasi-ekspektasi tersebut?
5.      Apa perbedaan pengalaman para pelanggan dan mengevaluasi perbandingan antara jasa berkontrak tinggi dan berkontrak rendah?
6.      Apa yang dimaksud dengan model servuction?
7.      Bagaimana teori peran dan naskah dapat memberikan kontribusi untuk lebih memahami pengalaman jasa?


1.3  Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk:
1.      Memahami  model tiga tahap konsumsi jasa.
2.      Mengetahui bagaimana para konsumen mengevaluasi dan memilih sejumlah penawaran jasa dan mengapa mereka mengalami kesulitan dalam melakukan evaluasi.
3.      Mengetahui risiko apa yang dirasakan para pelanggan dalam membeli jasa, serta strategi apa yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi persepsi risiko para konsumen.
4.      Memahami bagaimana para pelanggan membentuk ekspektasi-ekspektasi terhadap layanan dan berbagai komponen dari ekspektasi-ekspektasi.
5.      Dapat membedakan pengalaman para pelanggan dan mengevaluasi perbandingan antara jasa berkontrak tinggi dan berkontrak rendah.
6.      Mengenali model servuction.
7.      Mengetahui bagaimana teori peran dan naskah dapat memberikan kontribusi untuk lebih memahami pengalaman jasa.

1.4  Manfaat Penulisan
Berikut ini adalah beberapa manfaat dari penulisan makalah ini:
1.      Dapat menambah wawasan mengenai perilaku konsumen dalam konteks jasa.
2.      Menjadi bahan bacaan bagi mata kuliah Pemasaran Jasa.
3.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemasaran Jasa.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Model Tiga Tahap Konsumsi Jasa

Sebuah layanan, dan apa yang menentukan kepuasan mereka setelah mengonsumsi jasa tersebut. Tanpa pemahaman ini, tidak ada organisasi yang dapat berharap untuk menciptakan dan menghantarkan jasa yang menghasilkan para pelanggan yang puas. Konsumsi jasa dapat dibagi menjadi tiga tahap utama : prapembelian, transaksi interaksi jasa (service encounter), dan pasca transaksi interaksi jasa.

2.1.1        Tahap Prapembelian
Tahap prapembelian ini  diawali dengan timbulnya kebutuhan–kesadaran pelanggan potensial akan suatu kebutuhan–dilanjutkan dengan pencarian informasi dan pengevaluasian sejumlah alternative untuk memutuskan apakah pelanggan akan membeli suatu layanan. Tahap prapembelian ini  diawali dengan timbulnya kebutuhan–kesadaran pelanggan potensial akan suatu kebutuhan–dilanjutkan dengan pencarian informasi dan pengevaluasian sejumlah alternative untuk memutuskan apakah pelanggan akan membeli suatu layanan.

a)      Timbulnya Kebutuhan
Keputusan untuk membeli atau menggunakan suatu jasa akan dipicu oleh kebutuhan dasar atau timbulnya kebutuhan dari seorang individu maupun organisasi. Kesadaran akan suatu kebutuhan ini akan mendorong pencarian informasi dan pengevaluasian berbagai alternative sebelum sebuah keputusan diambil. Kebutuhan ini bisa dipicu oleh:
·   Pikiran bawah sadar (misalnya:  identitas, dan aspirasi pribadi).
·   Kondisi fisik (misalnya: rasa lapar seseorang mendorongnya pergi ke Burger King).
·   Sumber eksternak (misalnya: aktivitas pemasaran perusahaan penyedia jasa.

b)      Pencarian Informasi
Begitu suatu kebutuhan atau masalah sudah disadari, para pelanggan akan termotivasi mencari solusi untuk memuaskan kebutuhan mereka. Berbagai solusi alternative mungkin akan melibatkan pengambilan keputusan untuk melakukan pendekatan yang berbeda dalam mengatasi masalah yang sama, seperti menyewa jasa perusahaan untuk menebang pohon yang hampir mati di halaman Anda mungkin atau mungkin membeli gergaji dan menebangnya sendiri.
Beberapa alternative akan muncul ke pikiran, dan akan membentuk evoked set- juga disebut set pertimbangan (consideration set), yaitu suatu kumpulan produk atau merek yang mungkin dipertimbangkan oleh seorang pelanggan dalam proses pengambilan keputusan.

c)      Mengevaluasi Sejumlah Alternatif
·         Atribut-atribut Jasa
Ketika dihadapkan pada beberapa alternative, para pelanggan perlu membandingkan dan mengevaluasi perbedaan dan penawaran-penawaran jasa tersebut. Tetapi, banyak layanan jasa yang sulit untuk dievaluasi sebelum dibeli. Tingkat kesulitan dalam pengevaluasian produk jasa sebelum dibeli ini adalah suatu sifat yang kami bedakan menjadi tiga tipe, yaitu:
1)      Search attribute/atribut pencarian, adalah karakteristik nyata/berwujud yang dapat dinilai oleh para pelanggan sebelum membeli barang. Gaya, warna , tekstur, rasa, dan suara adalah beberapa contoh dari fitur-fitur yang dapat dicoba, dirasakan, atau di ‘’test drive’’ oleh para konsumen prospektif sebelum melakukan pembelian. Atribut berwujud ini membantun para pelanggan untuk memahami dan mengevaluasi apa yang akan mereka dapatkan sebagai pertukaran dari uang yang mereka keluarkan serta mengurangi rasa ketidakpastian atau risiko yang terkait dengan pembelian produk.
2)      Experience attributes/atribut pengalaman adalah hal-hal yang tidak  bisa dievaluasi sbelum pembelian dilakukan. Para pelanggan harus ‘’mengalami’’ jasa tersebut sebelum mereka dapat menilai atribut-atribut seperti keandalan produk, kemudahan pemakaian, dan bantuan pelanggan (custumer support).
3)      Credence attributes/atribut kredibilitas. Karakteristik produk yang dirasakan oleh para pelanggan masih sulit untuk dievaluasi bahkan ketika mereka sudah mengonsumsi produknya adalah atribut kredibilitas. Di sini, pelanggan dipaksa untuk meyakini atau memercayai bahwa beberapa hal sudah dilakukan agar sesuai dengan kualitas yang dijanjikan.
           

·         Persepsi Risiko
Ketika menilai produk jasa yang bersaing, para pelanggan biasanya mencoba untuk menilai penyelenggaraan dari setiap layanan pada atribut yang dianggap penting bagi mereka dan memilih layanan yang dianggap paling baik dalam memenuhi kebutuhan  mereka.
Bagaimana konsumen menangani persepsi risiko? orang orang  biasanya merasa nyaman dengan persepsi risiko dan menggunakan beberapa macam metode untuk untuk mengurangi risiko itu, termasuk:
1)      Secara pribadi mencari informasi dari sumber yang dipercaya dan dihormati seperti keluarga, teman-teman, dan para kolega.
2)      Menggunakan situs web untuk membandingkan jasa yang ditawarkan serta melihat ulasan dan pemeringkatan dari sumber independen.
3)      Mempercayakan kepada perusahaan yang memiliki reputasi baik.
4)      Mencari garansi dan jaminan.
5)      Mengunjungi fasilitas layanan atau uji coba beberapa aspek dari layanan sebelum melakukan pembelian, dan mempelajari tanda-tanda yang terlihat (tangible cues) atau sejumlah bukti fisik seperti bagaimana rasa dan tampilan dari pengaturan layanan atau berbagai penghargaan yang dimenangkan oleh perusahaan itu.
6)      Menanyakan kepada karyawan yang cukup berpengetahuan mengenai produk jasa yang saling berkompetisi.
Para pelanggan adalah para penghindar risiko dan dalam kondisi semuanya dalah sama mereka akan memilih layanan jasa dengan persepsi risiko rendah. Oleh karena itu, perusahaan perlu bekerja secara proaktif untuk mengurangi persepsi pelanggan akan risiko. Beberapa strategi yang sesuai tergantung pada sifat–sifat produk jasa dan mungkin meliputi semua tau sebagian dibawah ini:
1)      Mendorong para pelanggan prospektif untuk mengenali layanan dari brosur, situs, web dan video.
2)      Mendorong para pelanggan prospektif untuk mengunjungi fasilitas layanan sebelum melakukan pembelian.
3)      Menawarkan uji coba gratis yang cocok untuk jasa dengan atribut pengalaman yang tinggi.
4)      Iklan, hal ini memberi para konsumen suatu interpretasi dan nilai dari suatu produk atau layanan.
5)      Menunjukkan bukti kualifikasi.
6)      Penggunaan manajemen bukti.
7)      Menerapkan prosedur keamanan yang dapat membangun rasa yakin dan percaya.
8)      Memberikan kepada para pelanggan akses informasi online mengenai status dari pesanan atau prosedur mereka.
9)      Menawarkan jaminan layanan seperti garansi uang kembali dan jaminan kinerja.



·         Ekspektasi Terhadap Layanan
Ekspektasi dibentuk dalam proses pencarian dan pengambilan keputusan, dan hal ini sangat dipengaruhi oleh pencarian informasi dan pengevaluasian atribut-atribut produk. Jika sebelumnya anda tidak memiliki pengalaman yang relevan anda mungkin akan memiliki ekspektasi sebelum membeli yang mengacu dari komentar mulut ke mulut (word of mouth).
Apa saja komponen–komponen dari ekspektasi pelanggan ini? Ekspektasi melingkupi beberapa elemen, yaitu layanan yang diinginkan, memadai, dan sesuai dengan perikiraan, serta suatu zona toleransi yang terletak di antara tingkat yang diinginkan dan tingkat yang memadai. Faktor-faktor ini adalah:
1)      Layanan yang diinginkan (desired service). Jenis layanan yang diharapkan untuk diterima oleh para pelanggan disebut desired service. Hal ini adalah tingkat ‘’harapan’’ suatu kombinasi akan apa yang para pelanggan anggap dapat dan harus dihantarkan dalam konteks kebutuhan pribadi mereka. Layanan yang diinginkan juga bisa dipengaruhi oleh janji eksplisit dan implisit yang dibuat oleh penyedia layanan jasa word of mouth, dan pengalaman masa lalu.
2)      Layanan yang memadai (adequate service). Tingkat minimal layanan yang akan diterima para pelanggan tanpa mengalami suatu kekecewaan.
3)      Layanan yang diperkirakan (predicated service). Ini adalah tingkat layanan yang oleh para pelanggan diantisipasi untuk diterima. Layanan yang diperkirakan dapat dipengaruhi oleh janji dari penyedia layanan, word of mouth, dan pengalaman masa lalu.
4)      Zona toleransi (zone of toleramce). Akan sulit bagi perusahaan untuk mencapai kualitas layanan yang kosnsisten pada semua titik layanan yang tersebar pada saluran distribusi, cabang, dan ribuan pegawai. Bahkan penyampaian layanan dari seorang pegawai akan berbeda dalam kurun waktu hari yang sama dan dari satu hari ke hari lainnya.

d)     Keputusan Pembelian
Setelah para pelanggan mengevaluasi berbagai pilihan alternative, misalnya dengan membandingkan kinerja dari sejumlah atribut penting dari berbagai penawaran layanan yang berkompetisi, menilai persepsi risiko terkait dengan setiap penawaran  dan mengembangkan ekspektasi tingkat layanan diinginkan, memadai, dan yang diperkirakan mereka akan siap memilih opsi yang paling mereka sukai.
Berbagai keputusan pembelian untuk layanan jasa yang sering dilakukan merupakan hal yang cukup sederhana dan dapat dibuat dengan cepat, tanpa perlu terlalu banyak pemikiran-persepsi risikonya rendah, pilihan-pilhannya jelas, dank arena pernah digunakan sebelumnya, karakteristik-karakteristiknya mudah dipahami. Jika konsumen sudah memiliki pemasok favorit, dia mungkin akan memilihnya lagi selama tidak ada alasan kuat untuk memilih yang lain.



2.1.2        Tahap Pelayanan
Setelah mengambil keputusan pembelian, pelanggan melangkah ke tahap inti dari pengalaman layanan ini: tahap transaksi interaksi layanan (service encounter), yang biasanya meliputi suatu rentetan kontak dengan perusahaan jasa yang sudah dipilih. Tahap ini sering kali dimulai dengan pemesanan, meminta reservasi, atau bahkan mengirimkan formulir aplikasi (untuk proses permintaan pinjaman dana, pendaftaran  asuransi, atau masuk ke perguruan tinggi). Berbagai kontak tersebut terdapat berupa hubungan personal antara pelanggan dan pegawai, maupun impersonal dengan mesin atau situs internet. Pada saat penghantaran layanan, para pelanggan banyak yang mulai mengevaluasi kualitas layanan yang diterimanya dan memutuskan apakah hal itu memenuhi ekspektasi mereka.
Tahap transaksi interaksi layanan adalah waktu pada saat seorang pelanggan berinteraksi secara langsung dengan penyedia layanan. Walaupun beberapa transaksi interaksi layanan ini sangat singkat dan hanya terdiri dari beberapa langkah seperti yang terjadi jika naik taksi atau menelepon – beberapa proses lain memiliki kerangka waktu yang lebih lama, dan melibatkan sejumlah tindakan dengan tingkat kerumitan yang berbeda-beda.

a)      Proses Pelayanan adalah “Moment of Truth”
Richard Norman meminjam metafora “moment of truth” dari peristiwa adu banteng untuk menekankan pentingnya titik kontak dengan pelanggan. Kita bisa berkata bahwa persepsi kualitas dibentuk pada saat moment of truth, ketika penyedia layanan dan pelanggan saling berhadapan di arena. Pada saat itu mereka lebih tergantung pada diri mereka sendiri. Hanya ada keterampilan, motivasi, dan sarana yang dipergunakan oleh perwakilan perusahaan dengan ekspetasi dan perilaku pelanggan yang bersama-sama akan menciptakan proses pelayanan.
Di dalam adu banteng, nyawa si banteng maupun sang matador (atau keduanya) dipertaruhkan. Moment of truth adalah saat di mana sang matador dengan cekatan membunuh banteng dengan pedangnya-bukan analogi yang baik untuk sebuah organisasi jasa yang bertujuan untuk membangun hubungan jangka panjang dengan pelangganya! Maksudnya Norman, tentunya bahwa keberlangsungan hubungan tersebutlah yang dipertaruhkan. Kebalikan dengan adu banteng, tujuan dari relationship marketing adalah untuk mencegah sebuah pertuemuan yang buruk, yang akan menghancurkan apa yang sudah atau yang memiliki potensi untuk menjadi hubungan jangka panjang yang bernilai bagi kedua belah pihak.

b)      Transaksi Interaksi Layanan Terentang dari Kontak-Tinggi ke Kontak-Rendah
Jasa melibatkan beberapa tingkat kontak dengan pelaksanaan layanan. Beberapa proses pertemuan (encounter) ini bisa sangat singkat dan hanya terdiri dari beberapa langkah, seperti ketika seorang pelanggan menelepon pusat kontak pelanggan. Proses lain bisa memakan waktu lebih lama dan melibtakan beberapa macam interaksi dengan berbagai tingkat kerumitan. Selain mengetahui bahwa tingkat kontak dengan pelanggan ini tercakup dalam sebuah spectrum, penting juga untuk mempelajari perbedaan di antara organisasi di ujung atas dan bawah.
·         Layanan kontak tinggi. Menggunakan layanan kontak-tinggi memerlukan interaksi antara para pelanggan dan organisasi selama proses pelayanan. Pertemuan pelanggan dengan penyedia layanan berlangsung dalam suatu sifat yang berwujud dan bersifat fisik.
·         Layanan kontak-rendah. Di ujung lain dari spectrum, layanan kontak-rendah melibatkan hanya sedikit, itu pun bila ada, kontak fisik antara para pelanggan dan para penyedia layanan. Sebaliknya kontak terjadi dalam suatu jarak melalui media elektronik atau saluran distribusi fisik-sebuah tren yang sedang berkembang pesat di masyarakat yang berorientasi pada kenyamanan.

c)      Sistem Servuction
Peneliti Prancis Pierre Eiglier dan Eric Langeard adalah yang pertama kali mengonsepsikan bisnis layanan sebagai sebuah system yang mengintegrasikan pemasaran, operasi, dan para pelanggan. Mereka menciptakan istilah system servuction (gabungan dari kata service dan production) untuk menggambarkan bagian dari lingkungan fisik organisasi layanan yang dapat dilihat dan dialami oleh para pelanggan.
Sistem servuction terdiri dari inti bersifat teknis yang tidak terlhat oleh pelanggan dan system penghantaran layanan yang terlihat dan dialami oleh pelanggan.
·         Inti yang bersifat teknis – dimana input diproses dan elemen produk jasa diciptakan. Inti bersifat teknis ini biasanya ada di belakang layar dan tidak terlihat oleh pelanggan (seperti dapur pada sebuah restoran).
·         Sitem penghargaan layanan- dimana ‘’perakitan’’ terakhir dilakukan dan produk dihantarkan kepada pelanggan. Susbsistem ini termasuk bagian yang terlihat dari system operasi pelayanan- bangunan, peralatan dan petugas – dan kemungkinan para pelanggan lainnya.

d)     Teater Sebagai Metafora untuk Penghantaran Layanan : Sebuah Perspektif Integratif
Karena proses penghantaran layanan terdiri dari serangkaian kejadian yang dialami para pelanggan sebagai sebuah pertunjukan, teater merupakan metafora yang  bagus untuk jasa dan penciptaan pengalaman pelanggan melalui system servuction. Metafora ini merupakan pendekatan yang berguna untuk penyedia jasa kontak –tinggi, seperti dokter dan hotel, atau untuk bisnis yang melayani banyak orang dalam waktu yang bersamaan.

·         Fasilitas layanan. Bayangkan fasilitas-fasilitas layanan sebagai sebuah panggung di mana drama dimainkan.
·         Personel. Personel garis depan seperti layaknya pemain drama, memiliki peranan sebagai actor dan didukung oleh tim produksi di belakang panggung.

e)      Teori Peran dan Naskah
Model servuction itu statis dan menggambarkan proses interaksi transaksi layanan tunggal, atau moment of truth. Tetapi, proses layanan biasanya terdiri dari serangkaian interaksi, seperti pengalaman anda jika berpergian dengan pesawat udara. Mulai dari membuat pemesanan hingga cek- in, naik pesawat, hingga mengambil bagasi setelah mendarat.


·         Teori Peran
Jika kita memandang proses pelayanan dari perspektif teatrikal, maka baik para pegawai maupun para pelanggan akan bertindak sesuai dengan peran yang telah ditentukan dalam pertunjukan. Stephen Grove dan Ray Fisk mendefinisikan peran sebagai ‘’sekumpulan pola perilaku yang dipelajari melaluli pengalaman dan komunikasi, untuk dilakukan oleh seseorang dalam sebuah interaksi social tertentu untuk mencapai tujuan secara maksimal dan efektif. Peran juga didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari sejumlah pertanda sosial (social cues).
·         Teori Naskah
Seperti naskah film, sebuah naskah layanan (service script) memerincikan berbagai rentetan perilaku para pegawai dan para pelanggan yang harus dilakukan selama penghantaran layanan. Para pegawai mendapatkan pelatihan formal, para pelanggan mempelajari naskah melalui pengalaman, komunikasi dengan orang lain, serta komunikasi dan edukasi yang telah terancang, semakin banyak pengalaman yang dimiliki pelanggan dengan perusahaan jasa, semakin pelanggan itu mengenal naskahnya.







2.1.3        Tahap Pascapelayanan
Dalam tahap pasca pelayanan ini, para pelanggan menilai kinerja layanan yang telah mereka alami dan membandingkan dengan ekspektasi mereka sebelumnya.

a)      Kepuasan Pelanggan dengan Pengalaman Layanan
Kepuasan adalah semacam penilaian perilaku yang terjadi setelah pengalaman mengonsumsi layanan. Kebanyakan hasil riset menunjukkan bahwa konfirmasi atau diskonfirmasi dari ekspektasi prakonsumsi adalah factor yang menentukan dari kepuasan. Hal ini berarti bahwa para pelanggan memiliki beberapa prediksi tertentu mengenai tingkat layanan di benak mereka sebelum mengonsumsi. Tingkat prediksi ini biasanya adalah hasil dari proses pencarian dan pemilihan, ketika para pelanggan memutuskan untuk membeli suatu layanan tertentu. Dalam proses layanan, pelanggan mengalami penyelenggaraan layanan dan membandingkannya dengan tingkat-tingkat layanan yang telah mereka prediksi.

b)      Ekspektasi Layanan
Selama proses pengambilan keputusan, para pelanggan  menilai atribut-atribut dan berbagi risiko yang berhubungan dengan layanan yang ditawarkan. Di dalam proses itu, mereka mengembangkan sejumlah ekspektasi tentang bagaimana pelaksanaan layanan yang mereka pilih (tingkat layanan yang diperkirakan, diinginkan, dan memadai seperti yang telah didiskusikan pada bagian keputusan pembelian).



c)      Apakah Ekspektasi Selalu Menjadi Standar Perbandingan?
Membandingkan kinerja dengan ekspektasi akan berguna dalam pasar yang kompetitif di mana para pelanggan memiliki cukup pengetahuan untuk memilih layanan yang memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka. Lalu ketika ekspektasi tersebut terpenuhi, pelanggan akan terpuaskan. Tetapi dalam pasar yang nonkompetitif atau dalam kondisi di mana pelanggan tidak memiliki kebebasan untuk memilih (misalnya, terkendala oleh biaya untuk beralih ke penyedia jasa lain, atau karena batasan waktu atau lokasi), ada risiko dalam mendefinisikan kepuasan pelamggan secara relative terhadap ekspektasi mereka sebelumnya. Contohnya, jika ekspektasi pelanggan rendah dan layanan actual yang dihantarkan hanya sekadarnya memenuhi tingkat harapan, maka pelanggan tidak akan merasa bahwa mereka menerima kualitas layanan yang baik.

d)     Kegembiraan Pelanggan
Para peneliti mempertanyakan “Jika kegembiraan adalah sebuah fungsi dari kesenangan yang mengejutkan dan tidak terduga, apakah mungkin kegembiraan ini dapat diterapkan dalam produk jasa atau layanan yang membosankan, seperti penghantaran koran atau pengumpulan sampah?” Selain itu, jika pelanggan merasa gembira, maka ekspektasi mereka akan meningkat. Mereka akan merasa kecewa jika tingkat pelayanan kembali turun ke tingkat sebelumnya, dan akan membutuhkan lebih banyak upaya untuk membuat mereka “gembira”.


e)      Hubungan antara Kepuasan Pelanggan dan Kinerja Korporat
Mengapa kepuasan sangat penting artinya bagi para manajer layanan? Ada bukti yang meyakinkan mengenai hubungan strategis antara kepuasan pelanggan dengan layanan perusahaan dan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Kepuasan pelanggan adalah titik pusat konsep pemasaran. Sekarang ini merupakan hal yang umum jika misi perusahaan dibuat berdasarkan kepuasan pelanggan, rencana pemasaran (marketing plan), dan program insentif yang memiliki target dan tujuan kepuasan pelanggan, serta komunikasi pelanggan yang menyuarakan penghargaan untuk pencapaian kepuasan pelanggan di pasaran.



BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Dari uraian yang telah dikemukakan dapat dinyatakan bahwa sebuah layanan dapat menentukan tingkat kepuasan suatu konsumen terhadap produk jasa yang ditawarkan. Konsumen juga dihadapkan pada beberapa alternatif yang membandingkan dan mengevaluasi perbedaan  dan penawaran-penawaran jasa. Adapun tingkat kesulitan yang di alami konsumen yaitu atribut pencarian, atribut pengalaman, dan atribut kredibilitas. Biasanya pelanggan mencoba untuk menilai penyelenggaraan dari setiap layanan pada atribut yang dianggap penting bagi mereka dan memilih layanan yang dianggap paling baik dalam memenuhi kebutuhan  mereka dalam menilai sebuah produk jasa yang bersaing.
Dalam proses pencarian dan pengambilan keputusan, konsumen sangat dipengaruhi oleh pencarian informasi dan pengevaluasian atribut-atribut produk. Jika sebelumnya tidak memiliki pengalaman yang relevan mungkin akan memiliki ekspektasi sebelum membeli yang mengacu dari komentar mulut ke mulut. Setelah para konsumen mengevaluasi berbagai pilihan alternative, berbagai keputusan pembelian untuk layanan jasa pun sering dilakukan. Setelah mengambil keputusan pembelian, pelanggan melakukan transaksi interaksi layanan dimulai dengan pemesanan, meminta reservasi, atau bahkan mengirimkan formulir aplikasi.


1 komentar:

Pengalaman Pertama Menggunakan Layanan Aplikasi Gojek....

Pengalaman Pertama Menggunakan Layanan Aplikasi Gojek Pertama sekali saya menggunakan aplikasi ini berhubung pada saat motor saya bocor...